Kamis, September 23, 2010

UNIVERSITAS

Universitas?? atau dengan kata lain Perguruan Tinggi,apa yang terbayang dalam benak kita ketika terdengar kata ini.Mungkin terbayang dalam pikiran kita di dalamnya terdapat mahasiswa mahasiswi dengan pakaian bebas bukan seragam putih merah,biru,abu-abu yang selama ini kita sebut seragam,suatu lembaga pendidikan yang lebih tinggi ataupun kita anggap akhir dari pendidikan kita secara formal,gedung yang lebih luas serta dipenuhi fasilitas-fasilitas yang lebih dari tempat kita bersekolah dulu dan tempat dimana kita mendapatkan suatu titel yang disebut sarjana (strata 1).

Namun,apakah kita selama ini mengetahui apa sebenarnya universitas itu,apa filosofi dari universitas itu,bagaimana kultur dari universitas dan metodologi apa dalam universitas itu sendiri.Hakikatnya universitas itu berbeda dengan insitut ataupun sekolah tinggi-sekolah tinggi lainnya baik dalam hal hal manajerial maupun hal-hal yang bersifat akademik lainnya.Di Negara-negara maju seperti di eropa,mahasiswa di universitas itu diberikan kebebasan secara luas untuk menentukan mata kuliahnya serta waktu perkuliahannya sehingga mereka secara mandiri mampu mengurus diri mereka sendiri tanpa terikat dengan jadwal-jadwal yang telah ditetapkan oleh jurusan yang ada di universitas itu sendiri.Selain itu,pelayanan dari universitas itu sendiri terhadap kebutuhan mahasiswa sudah sangat baik sehingga memudahkan mahasiswa dalam setiap kegiatannya baik yang bersifat non akademik maupun akademik bahkan belajar dengan memanfaatkan tekhnologi-tekhnologi yang memudahkan mereka dalam setiap proses pembelajarannya.Di Indonesia sendiri masih banyak universitas-universitas yang belum mampu melakukan hal seperti itu walaupun beberapa sudah ada yang sedang menuju tahap perkembangan ke arah sana,kita tidak tahu apakah itu disebabkan kondisi Negara kita yang masih dalam tahap perkembangan baik dalam hal ekonomi maupun pendidikan dimana pada saat ini pendidikan kita sedang dalam keadaan yang terombang ambing.Selain itu universitas itu sendiri juga harus memiliki filosofi untuk apa sebenarnya universitas itu,apakah keberadaanya memang dibutuhkan sebagai kebutuhan masyarakat atau jangan-jangan hanya proyek pribadi atau lebih jelasnya sekelompok orang yang ingin memanfaatkan keuntungan dari adanya universitas itu sendiri.Hal ini saya katakan karena pada saat ini kita melihat begitu banyak universitas-universitas di Negara ini namun tetap saja kenyataannya belum mampu mengatasi masalah-masalah yang datang secara gilir berganti.Idealnya lulusan dari universitas dan para pelaku akademik universitas itu harus mampu menjawab tantangan-tantangan multidimensional serta mencari solusi atau jawaban-jawaban atas pertanyaan dan masalah yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri karena universitas itu tidak akan lepas dari yang namanya masyarakat.

Kebanyakan orang masuk universitas hanya untuk mengejar 6 huruf “IJAZAH” yang nantinya akan digunakan untuk melamar pekerjaan.Hal inilah yang membuat orang-orang lupa akan makna dirinya untuk apa dia belajar di universitas itu sendiri.Ini tidak lepas dari paradigma orang tua kita selama ini yang mengharuskan anaknya kuliah lalu jadi sarjana setelah itu dapat kerja dan akhirnya selesailah beban orang tua.Seharusnya ini dirubah dimana kita di universias benar-benar mencari ilmu itu sendiri bukan ketika ditanya untuk apa kuliah lalu kita jawab dengan mudahnya “untuk cari kerja” sehingga kita hanya mengejar 6 huruf yang yang saya sebutkan tadi.Idealnya seorang lulusan universitas itu atau seorang sarjana harus mampu menciptakan lapangan pekerjaan.Namun,dapat kita lihat mahasiswa pada saat ini enggan lagi untuk membaca buku bahkan untuk membeli buku saja pun mungkin sangat jarang kecuali tuntutan dari mata kuliah,kemajuan tekhnologi dan informasi bukannya digunakan untuk mencari ilmu sedalam mungkin melainkan hal-hal yang bersifat negatif.Hal-hal semacam ini menunujukkan telah hilangnya kultur universitas dari universitas itu sendiri.Kalau berbicara kultur universitas itu sendiri Ubaidillah Badrun pernah menduga jangan-jangan Perguruan tinggi di Indonesia pada saat ini tidak memiliki “KULTUR UNIVERSITAS” itu sendiri karena belum mampu menjawab dan menyelesaikan krisis nasional yang multidimensi.Kultur universitas yang dimaksud adalah 3 hal yaitu Kultur Intelektual,Kultur Demokratis dan Kultur Profesional.Kultur intelelektual yang dimaksud oleh beliau adalah memaksimalkan akal yang mewujud dalam bentuk konkret yakni seperti membaca,merenung,menulis,berdiskusi dan meneliti.Namun,dapat kita lihat kenyataannya pada saat ini bahwa mahasiswa pada saat ini kebanyakan malas membaca,merenung,menulis,berdiskusi dan meneliti.Seharusnya mahasiswa tanggap  bahwa masalah-masalah yang timbul di Negara ini dapat memunculkan ide-ide ataupun gagasan-gagasan baru.Kultur demokratis yang dimaksud adanya ruang control dan kesetaraan.Kesetaraan ini bersumber dari pemaknaan atas kesamaan sebagai manusia bahwa semua civitas akademika punya potensi dan berhak maju dalam kegiatan akademik sehingga wajib bagi kita sesama mahasiswa untuk saling menghargai satu sama lain.Selain itu kebebasan demokrasi pada saat ini selalu diartikan setiap orang bebas berbicara semaunya padahal tidak seperti itu,kebebasan demokrasi itu harus bertanggung jawab baik dalam perbuatan maupun ucapan jadi apa yang kita ucapkan harus benar-benar bertanggung jawab dan bermanfaat dan ingat bukankah dalam demokrasi itu terdapat unsur akuntabilitas yang artinya bisa dipertanggung jawabkan selain 3 unsur lain yaitu transparansi,good government dan partisipasi.Jadi perlu saya tekankan sekali lagi bahwa demokrasi itu bukan kita dapat berbicara semaunya tapi berbicara dan berprilakulah yang bertanggung jawab.Lalu dalam kultur professional itu sendiri para civitas akademik di universitas dilatih untuk bersikap profesional dalam artian bekerja sesuai dengan profesi dan tanggung jawab kerjanya.Menurut Soedjito Sosrodihardjo dalam tulisannya di kompas edisi 1 agustus 2000 mengatakan bahwa salah satu penyebab krisis di negeri ini karena para pelaku perubahan (agent of change) yaitu mahasiswa dan sarjana itu tidak bekerja secara profesional.Seharusnya mahasiswa disiapkan bahwa memang keberadaannya dibutuhkan di masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi melalui ide-ide ataupun pemikiran-pemikirannya sehingga istilah agent of change itu benar-benar terlaksana.Untuk mencapai hal seperti itu mahasiswa di universitas itu sendiri memang harus dipersiapkan dan dilatih agar mampu berlaku profesional sesuai dengan tanggung jawabnya sebagai agen perubahan sosial yang mampu memberikan solusi di tengah-tengah hiruk pikuk masalah-masalah yang terjadi di masyarakat.
Masalahnya,apakah kultur universitas yang ketiga tersebut sudah mampu kita terapkan dalam pribadi kita sebagai mahasiswa dan diterapkan dalam universitas di indonesia khususnya di universitas kita masing-masing.Khusus di catatan ini saya menambahkan bahwa yang bertindak profesionalitas tentunya tidak hanya lulusan sarjana-sarjana saja tetapi juga untuk semua orang yang menggeluti bidang pekerjaannya masing-masing agar mampu dan bertindak secara profesional karena saya melihat pada saat ini banyak orang yang PINTAR tetapi dia TIDAK PROFESIONAL dalam menjalankan TUGAS dan FUNGSINYA dengan baik.

Pada era globalisasi saat ini terjadi kemajuan di bidang Informasi Tekhnologi sehingga muncul istilah baru dalam dunia pendidikan itu sendiri yaitu “Copy Paste’,ini terjadi karena semakin mudahnya orang dalam menggunakan computer sehingga para mahasiswa pun dalam mengerjakan tugasnya tidak perlu capek-capek lagi menulis dan membaca buku melainkan dengan cara searching di situs tertentu,mengcopy nya dan mempaste nya lalu di paste-paste kan lagi ke teman-teman yang lain.Secara pribadi saya justru tidak menentang tekhnik copy paste ini karena bukan merupakan suatu masalah kita mengcopy suatu pengertian dari tulisan-tulisan di internet tersebut asalkan dia yang bersifat umum bukan hasil pemikiran seseorang lalu kita copy kan dan kita anggap sebagai hasil tulisan kita, tetapi alangkah baiknya kita menjadikan itu kutipan ataupun kalau tidak kita ambil lebih baik kita tambahi dengan kata-kata kita sendiri  .Namun,hal yang terjadi justru para mahasiswa setelah mengcopy malah di copy paste kan lagi ke teman-teman yang lain sehingga membuat istilah ‘1 orang kerja dan yang lain menerima”.Mungkin hal seperti ini bisa dilakukan kalau untuk tugas yang bersifat umum tapi tidak untuk tugas yang menuntut analisis dari mahasiswa itu sendiri tentang suatu permasalahan.Seharusnya kemajuan tekhnologi ini dimanfaatkan dengan baik seperti di Negara maju lainnya dimana muncul istilah e-Education dan e-Learning,e yang berarti electronic memunculkan paradigma baru dalam Negara maju itu sendiri.Sekedar info saja bahwa di Negara-negara seperi amerika,Negara eropa,jepang,Australia dan bahkan singapura sudah menyelenggarakan pendidikan jarak jauh yang dinamakan dengan berbagai nama seperti e-Education,e-Learning,e-Campus,e-Digital,cyber campus,virtual university yang dilengkapi dengan adanya digital library ataupun virtual library bahkan salah satu lembaga yaitu The Cornel Cooperative Extension Satelite Network telah membuka program belajar jarak jauh sejak tahun 1996 dimana terdapat pusat kendali peralatan telekomunikasi kampus maya ini terletak di Ithaca,Amerika Serikat dengan 46 kampus maya yang dimilikinya.Secara umum peran IT ini ada 2 yaitu sebagai peran pendukung dan peran utama(Gerradus Polla) dimana yang sebagai peran pendukung mahasiswa memafaatkan IT hanya untuk mendapatkan bahan ajar secara digital atau dengan kata lain mencari sumber lain selain yang telah diberikan dosen maupun yang ada di buku dan untuk hal ini perekuliahan tetap diadakan di kelas dan berlangsung seperti biasa hanya saja alat-alat tekhnologi sudah mulai digunakan seperti adanya imfocus ataupun laptop jadi dosen tidak hanya berceramah melainkan menyampaikan materinya melalui barang-barang tadi.Hal semacam ini cukup banyak dilakukan di Indonesia dan pada umumnya memang seperti ini.Sedangkan pada kategori kedua IT ini benar-benar berfungsi sebagai pengganti proses belajar mengajar yang ada dimana intensitas tatap muka secara langsung dalam perkuliahan sangat minim atau malah tidak ada sama sekali.Dosen dan mahasiswa berhubungan melalui email ataupun newsgroup dan sebagai contoh University Of Illinois at Urbana-Champaign mempunyai program kuliah jarak jauh untuk master of computer science dengan menggunakan streaming video.Tentunya dalam hal ini diperlukan tekhnik-tekhnik dalam bidang IT sendiri dalam penyelenggaraannya yang saya sendiri belum tahu banyak tentang hal tersebut.Biasanya sih mereka menggabungkan beberapa aplikasi ataupun  software yang ada dalam melakukan praktek perkuliahan seperti itu.Kapan negara kita mampu menyelenggarakan sistem pendidikan seperti negara-negara maju tersebut?Hanya waktu yang mampu menjawabnya apakah kita bisa melaksanakan sistem pendidikan seperti itu atau kita terus terombang-ambing dengan keadaan sistem pendidikan yang terus berubah-ubah ini.

Namun,sekali lagi saya tekankan bahwa seperti yang saya tulis di atas bahwa Negara kita tentu belum mampu atau lebih tepatnya belum siap untuk menyelenggarakan system pendidikan dengan cara seperti itu karena masih diperlukan adanya pertimbangan serta kelemahan-kelemahan dalam penyelenggaraan system pendidikan seperti itu antara lain,tidak adanya tatap muka secara langsung sehingga memungkinkan ketidakjujuran dari peserta perkuliahan dan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pendidikan seperti itu serta bagaimana solusinya dan yang lebih penting lagi masih belum membudayanya kultur universitas itu sendiri di sebagian besar mahasiswa indonesia pada saat ini serta paradigma masyarakat yang masih beranggapan dengan kata-kata kuliah,lulus dan langsung cari kerja sehingga orientasinya hanyalah PEKERJAAN bukan sebuah KEILMUAN.

Penulis berharap melalui tulisan ini bahwa kita sebagai pelaku akademik dapat merenung dan mengintropeksi diri apakah kita sudah benar-benar bertindak sesuai dengan status,profesi dan tanggung jawab kita masing-masing.Benar apa kata sebuah grup band legend di Indonesia "GOD BLESS" yang mengatakan bahwa dunia ini hanya panggung sandiwara,masalahnya sekarang apakah kita sudah benar-benar menjalankan peran kita semaksimal dan sebaik mungkin sesuai dengan FUNGSI dan TANGGUNG JAWAB kita. Apakah keberadaan kita sebagai mahasiswa atau apapun itu sudah benar-benar BERMANFAAT dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat.Bukankah ada istilah yang mengatakan bahwa Sebaik-baik manusia ialah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain dan dalam hal ini tentu bermanfaat yang bersifat positif.Akhir kata,penulis juga sadar bahwa dia belum mampu berlaku seperti yang dia tulis namun melalui tulisan ini penulis mengajak kita semua untuk sama-sama merubah diri kita menuju arah yang lebih baik.

Ini merupakan tulisan ilmiah pertama dari si penulis untuk sebuah bulletin di jurusan penulis dan tentunya masih banyak kekurangan di dalamnya baik dari segi penulisan,isi maupun bahasa serta kualitasnya.Namun,dengan adanya kemajuan tekhnologi pada saat ini penulis berinisiatif untuk membaginya dengan rekan-rekan sekalian tentunya dengan perubahan yang diperlukan dan penulis mengharapkan masukan ataupun kritikan dari rekan-rekan sekalian untuk kebaikan penulis ke depannya.Semoga ini menjadi renungan dan perubahan buat kita semua dalam memajukan bangsa dan negara ini.
SALAM INTELEKTUALITAS !!!